twitter


Keberadaan Mobrig diwilayah Kedunghalang Bogor Jawa Barat berawal dari peristiwa pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari adalah peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950 dimana segerombolan orang bersenjata di bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan pasukan khusus (Korps Speciaale Troepen), masuk menyerbu ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda. Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk Letnan Kolonel Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak ada korban seorang pun. Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan TII (Tentara Islam Indonesia) yang diharapkan Westerling tidak muncul karena diburu oleh 3 kompi Mobrig , sehingga serangan ke Jakarta dapat digagalkan.
Dalam operasi penumpasan APRA pimpinan Kapten Raymond Westerling dikirimlah 3 kompi Mobrig dari Jawa Timur dan bergabung dengan Kompi 501 Mobrig dari Jawa Barat dibawah pimpinan Aiptu Muharam, untuk Mobrig dari Jawa Timur Kompi 1 dibawah pimpinan Aiptu Isman dengan jumlah kekuatan 1 kompi 260 personel yang langsung bergabung dengan Kompi 501 Mobrig Kedunghalang dari Jawa Barat untuk menyerang kelompok APRA di Bandung , kompi 2 di bawah pimpinan Aiptu Surati dengan kekuatan 250 personel di cadangkan di Kemayoran Jakarta sedangkan Kompi 3 dibawah pimpinan Aiptu Daud dengan kekuatan 260 personel juga di cadangkan di Ibu Kota Jakarta. Setelah peristiwa pemberantasan pemberontakan APRA di Bandung
3 Kompi pasukan Mobrig kembali ke Ibu Kota Jakarta sedangkan yang 1 Kompi dibawah Pimpinan Aiptu Isman kembali ke Kesatuan asal di Jawa Timur sedangkan yang 2 Kompi Mobrig dari Jawa Timur dilebur menjadi satu kompi baru 519/LABA yang bermarkas di Kedung Halang Bogor yang juga merupakan markas kompi Mobrig 501 yang seterusnya disebut Kompi Bs
BATALYON IV BRIMOB RESIMEN CAKRA BIRAWA.
Pada tahun 1964 dibentuk Resimen Cakrabirawa yang merupakan resimen pasukan gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno. Komandan Resimen Cakrabirawa pada saat itu adalah Brigadir Jenderal Moh. Sabur. Batalyon IV Resimen Cakra Birawa yang merupakan validasi dari Yon 1129 yang personelnya diambil dari seleksi seluruh Mobrig di Indonesia. Markas Komando Resimen Cakra Birawa pertama berada di Ksatrian Kala Hitam Petamburan Jakarta dan pada awal tahun 1965 markas komando Batalyon Cakra Birawa dipindahkan ke Sukasari Bogor. Satuan Mobrig (Mobil Brigade)
terdiri dari satu Batalyon dibawah pimpinan Komandan Batalyon Kolonel M.Satoto dengan tugas pokok penjaga Istana Kepresidenan baik yang berada di Bali, Jakarta
dan Cipanas serta dua Detasemen Khusus Kawal Pribadi dan Kawal Kehormatan dengan tugas pokok sebagai pengawal pribadi dan keluarga Presiden dibawah pimpinan Kapten Sadiman dan Kapten Sumiran. Pada perjalanan tugasnya Resimen Cakra Birawa hanya bertahan selama 2 tahun,
sekitar ahkir tahun 1965 Resimen Cakra Birawa di likuidasi dikarenakan terjadinya peristiwa gerakan Pada masa setelah peristiwa G-30-S/PKI, Brimob tetap netral. Hal ini membingungkan banyak pihak, karena pada September 1965 Brimob adalah unsur yang sangat dekat dengan Amerika. Karena sikap ini, sebagian pengamat menganggap Brimob sebagai unsur yang setia kepada Presiden Soekarno.
Dan pada saat pelaksanaan HUT Korps Brimob Polri yang ke –XIX (Sembilan Belas) tahun 1965, Presiden Soekarno dalam sambutannya juga mengakui akan peran serta Satuan Brimob Polri dalammenghadapai peristiwa “Gerakan 30 September/PKI”. G 30 S/PKI pada bulan September 1965. Dan dikarenakan adanya keterlibatan dari beberapa oknum Angkatan yang berada dibawah Resimen Cakra Birawa. Setelah dilikuidasi satuan - satuan dibawah resimen Cakra Birawa dikembalikan pada kesatuan induk masing-masing tak terkecuali Mobrig.
Pada masa setelah peristiwa G-30-S/PKI, Brimob tetap netral. Hal ini membingungkan banyak pihak, karena pada September 1965 Brimob adalah unsur yang sangat dekat dengan Amerika. Karena sikap ini, sebagian pengamat menganggap Brimob sebagai unsur yang setia kepada Presiden Soekarno. Dan pada saat pelaksanaan HUT Korps Brimob Polri yang ke –XIX (Sembilan Belas) tahun 1965, Presiden Soekarno dalam sambutannya juga mengakui akan peran serta Satuan Brimob Polri dalammenghadapai peristiwa “Gerakan 30 September/PKI”.
BATALYON C/32 PARA SATAMA BRIMOB (TAHUN 1966 – 1985 )
Dengan dibubarkannya Resimen Cakra Birawa maka Batalyon IV Cakra Birawa berganti nama menjadi Batalyon Cadangan 32 / Para Satama Brimob dibawah pimpinan Kolonel M. Satoto yang kemudian beralih kepada Letnan Kolonel Peter Sambo, Letnan Kolonel Mandaki dan yang terahkir satuan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Yono Saputro. Satuan ini bertugas sebagai satuan tempur pelaksana utama Mobrig, pemilihan Batalyon Cadangan / 32 Para Satama Brimob sebagai satuan tempur utama dikarenakan kemampuan terjun personel yang mumpuni dan satuan yang dilengkapi dengan persenjataan cukup lengkap maka satuan ini bertugas menangani keamanan dalam negeri seperti operasi penumpasan PKI dibeberapa daerah di pulau jawa. Selain itu juga kesatuan ini mejadi pusat latihan spesialisasi terjun dan Para Komando, Pelatihan SAR Nasional
Markas Komando Batalyon C / 32 Para berada di pangkalan Brimob Sukasari Bogor dan Kompi A, B, C berada di Kedunghalang. dalam perjalanan sejarahnya Batalyon C / 32 Para Satama Brimob Polri ini pun telah mengalami beberapa kali perubahan status nama kesatuan. Dan pada tahun 1981 Kesatuan ini kembali dilikuidasi menjadi beberapa kompi diantaranya Kompi mantap 519, kompi 5136, kompi 5141,kompi 5147 dan kompi 5379 dibawah kendali Komapta ( komando Samapta) Polri yang selanjutnya disebut Ditsamapta Polri.